Cerita Nisa

S'moga Allah m'jaga keikhlasan Qta, meridhoi Qta, s'nantiasa m'mberikan rezeki kepada Qta, m'berkahi usaha Qta, m'mudahkan urusan yang Qta hadapi, m'berikan kesehatan lahir dan bathin... Hingga S'nantiasa t'gerak untuk b'buat k'baikan s'tiap saat dimanapun berada...

Selasa, 19 April 2011

*** SEPEDA KUMBANG BAPAK *** Part. I.

Sepeda kumbang itu masih terawat dengan baik, bahkan teramat baik, bentuk dan sperpartnya yang masih lengkap. Roda peleknya masih terlihat mengkilap, juga jerujinya yang masih sempurna. Mungkin satu - satunya yang terlihat agak kurang adalah cat hijau gelap pada sepeda kumbang itu yang sedikit mengusam. Dapat dimaklumi jika kondisinya demikian. Sekarang umur Mas Tiyo saja sudah genap dua puluh tahun enam tahun. Tiga hari yang lalu.

Aku sangat ingat Bapak pernah bercerita bahwa sepeda kumbangnya ini adalah barang sekenan. Tapi meskipun begitu benda tersebut merupakan salah satu benda bersejarah bagi keluarga kami. Sepeda kumbang bapak ini merupakan benda yang pertama dapat dibeli Bapak setelah menikah dengan ibu, tepat saat umur mas Tiyo satu tahun. Sepertinya lucu membayangkan Mas Tiyo kecil ketika rewel, kemudian untuk menenangkanya Bapak menggendong dan mengajak kakakku itu naik sepeda keliling dusun dengan sepeda yang dimilikinya.
Waktu beranjak. Mas Tiyo kecil telah tumbuh menjadi seorang yang dewasa, sedewasa sepeda kesayanganya Bapak itu. Bahkan mungkin ada banyak yang bakalan berubah. Bulan depan Mas Tiyo Insyaallah akan resmi menjadi calon menantu pakde Subhan. Mba Nanda rupanya bersedia menerima pinangan Mas Tiyo. Takkan lama lagi kami akan segera menjadi satu keluarga dengan keluarga Pakde Subhan.
Pagi yang cerah, saat kulihat Bapak tengah sibuk mencuci sepeda kumbangnya itu. Banyak lumpur tanah menempel di spackbord. Bapak memang orangnya sangat perfeck mengenai kebersihan. Tak heran Bapak langsung turun tanggan sendiri mengetahui benda kesayangannya itu tampak kumal dan seperti tak terawat.
Si bungsu, Indra. subuh tadi memakai sepeda itu untuk konvoi dengan teman - teman sepermainannya. Biasa, hari libur seperti ini, hal yang selalu rutin dilakukan ABG kelas tujuh SMP di Sekolah yang sama denganku.
” Bapak ini, biar Indra saja yang mencuci sepedanya, khan Indra tadi barusan yang pakai ” kata Indra kudengar agak sebal. Mungkin karena Bapak tidak memberi kesempatan untuknya beristirahat dahulu.

Padahal seperti biasanya Bapak pasti bakalan tidak betah melihat apapun di rumah ini yang telihat kotor. Apalagi yang kotor itu adalah sepedanya.
Sudah tahu Bapak orangnya begitu, sepulang dari konvoi Indra malah pakai acara berleha - leha dahulu. Minum susu hangat sembari nyicipin gorengan pisang ibu. Bukannya lansung mencuci sepeda, seperti maunya Bapak.
Huuh ... dasar si Indra, terang saja Bapak pasang muka masam dan tanpa berfikir panjang langsung menyelamatkan benda kesayangannya itu dari lumpur-lumpur kotor jalanan kampung yang becek sehabis disiram air hujan semalaman.

” Sini pak !, Indra ambikan airnya ? ”.
Kudengar Indra menawarkan diri untuk membantu, ketika melihat air di ember plastik biru untuk mencuci sepeda habis.
” Sudah tidak usah !, habiskan dulu susunya, nanti baru bantuin Bapak, ” ujar Bapak tanpa menoleh, beranjak meraih ember dan belalu kebelakang menuju sumur untuk mengambil air.
” Yah ... Bapak marah dech ! ”, kata Indra seperti menyesali diri. Kenapa tidak sadari tadi langsung mencuci sepeda Bapak, padahal bukanya Indra lepas dari tanggung jawabnya lho ... akupun tahu itu.

” kak Hanna lihat sendiri. Bapak orangnya begitu, gak sabaran, sekarang gimana dong ? Indra belum bisa bantuin Bapak, susu yang mau Indra minum saja masih panas banget ! ”. Lanjut Indra mengerutu manja seperti biasanya dengan mimik wajahnya yang lucu.

Dan aku percaya Indra sunguh - sunguh dengan ucapannya. Kukira Bapak pun demikian kalau susunya belum habis diminum Indra tidak boleh membantu. Kupikir ini salah satu ungkapan rasa kasih Bapak pada Indra. Selain cara mendidik Indra agar lebih disiplin dan dapat menghargai sesuatu, seperti sepeda milik Bapak tentunya.
” Nih ... ! gak perlu banyak ngomong, dan segera bantu Bapak !”. Mas Tiyo menghampiri dengan menyodorkan setengah gelas es batu.
Sejenak Indra bengong namun langsung saja susu panasnya dituangkan kedalam gelas es batu,
” bismillah”. Ucapnya sembari meminum minuman kesehatan itu. Habis ... !! yang tersisa hanya sedikit es batu.
Indra tertawa dan kembali berkata ” makasih Mas Tiyo, kadang-kadang ide Mas Tiyo jitu juga. Tapi sayangnya cuma kadang - kadang aja sich !”. Mas Tiyo hampir saja menjitak kepala Indra kalau Indra tak segera berlari kebelakang menyusul Bapak. Sebentar saja sudah kulihat Indra terengah - engah mengangkut ember biru yang dipenuhi dengan air.
” Yang bersih lho Ndra...! ” kata-kata Bapak dari dalam rumah.
” Emang uenaaaak !”. Ejek Mas Tiyo segera tersenyum dikulum, sementara kulihat Indra cuek bebek, tapi aku yakin Indra dongkol dengan ejekan Mas Tiyonya itu. Indra mencoba tidak peduli. Kembali sibuk dengan aktifitasnya mengantikan pekerjaan Bapak mencuci sepeda kumbangnya.
( Continued : Sepeda Kumbang Bapak_ Part. II )






>>>>>>>>>>>>> from : Sepeda Kumbang Bapak issued by Nisa

Tidak ada komentar:

- Cerita Nisa -