Cerita Nisa

S'moga Allah m'jaga keikhlasan Qta, meridhoi Qta, s'nantiasa m'mberikan rezeki kepada Qta, m'berkahi usaha Qta, m'mudahkan urusan yang Qta hadapi, m'berikan kesehatan lahir dan bathin... Hingga S'nantiasa t'gerak untuk b'buat k'baikan s'tiap saat dimanapun berada...

Jumat, 14 September 2012

- DEJAVU II -

Memang..., tidak seperti biasanya. Bahkan aku sendiri menyadarinya. Jalan Sulawesi..., kali pertama ini aku melewatinya bersama Si Merah, benar-benar ini kali pertama aku menyusurinya bersama Si Merah. Ini kulakukan karena jalanan kota yang entah kenapa macet.. cet, tidak seperti biasanya. Jalan Sulawesi, ini aneh... aku berasa begitu familiar dengan jalanan ini. Bahkan aku seolah tahu setiap sisi bangunan yang berada di kanan kiri jalanan ini. Lihatlah aku tahu di setelah tikungan nanti ada masjid sederhana namun megah, yang sekali lagi-lagi seperinya pernah aku singgahi untuk sholat Maghrib bersama seorang temanku dulu. Aku tahu setelah Masjid itu nanti ada rel kereta api sejajar yang melintangi jalan sulawesi ini. Aku tahu setelah rel di dekat lapangan sepakbola nanti ada sebuah warung kecil dimana dulu aku dan temanku pernah mampir sekedar minum teh hangat dan semangkuk mie instan rebus, makanan dan minuman yang sangat menghangatkan di kala hujan gerimis waktu itu. Aku juga tahu di depan sana sebuah kawasan perumahan dinas untuk pejabat-pejabat daerah. 

Yaa Allah..., benar.... semuanya benar. Aku seperti pernah benar-benar melewati jalan sulawesi ini. Tapi tidak tahu kapankah itu..... tapi akupun juga yakin tak pernah sekalipun aku meleawati jalanan ini, apalagi bersama dengan temanku dulu. Antara pernah dan tidak.... aku tak tahu, benar-benar tidak tahu...  

Pusing..., mengingat antara pernah dan tidak membuatku pusing. Berfikir keras antara pernah dan tidak membuatku seperti merasakan mual... memaksakan memory otakku bekerja keras pada sebelah mana aku pernah atau tidak pernah melewati jalanan ini. Hanya mengingat pernah atau tidak !!!  

Si Merah tetap kulajukan dengan kecepatan yang tetap tidak biasa, aku terus menatap ke depan dengan terus mengingat keanehan ini. Keanehan antara pernah dan tidak pernah. Antara ya dan tidak...!!!, hanya itu. 

Lalu....., seorang anak kecil melintas cepat beserta sepede BMX nya. Aku tidak sempat menghindar... benar-benar tdak sempat. Ku jatuhkan kemudi si Merah ke kanan.... aku tidak ingin menabrak anak kecil dan sepedanya. Pilihanku adalah menghantam padat rumah dinas pejabat daerah itu, agar si kecil dan BMX itu selamat. 

Dan......, Brakkkkkkkkkk.... !!!!!!! Aku dan Si Merah tersungkur, Gelap... Gelap... Gelap.













 Jalan Sulawesi – Nisa

Tidak ada komentar:

- Cerita Nisa -